Rabu, 01 Juni 2011

Benarkah Neil Amstrong manusia pertama di bulan?

Kata-kata historis dari mulut astronot Neil Armstrong terdengar di berbagai radio dan televisi di seluruh dunia ketika ia - persis empat puluh tahun lalu - menginjakkan kaki pertama kali di bulan.

Kita semua tahu, betapa penting pendaratan di bulan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik. Tapi bagaimana kita menjalani pengalaman luar angkasa itu dari bumi? Di mana kita, bagaimana perasaan kita?

Di Radio Nederland, topik ini mengundang obrolan seru, karena yang bekerja di redaksi Radio Nederland adalah orang-orang dari berbagai penjuru dunia.

Bari Muchtar dari redaksi Indonesia menceritakan, ia mendengarkan pendaratan Apollo 11 dengan tegang lewat radio di Indonesia. Setelah siaran tersebut, muncul kontroversi religius, karena "di Al-Quran tertulis, manusia tidak bisa pergi ke bulan tanpa izin Allah." Toh, ribut-ribut itu tidak berlangsung lama, karena ustadz-ustadz menyatakan: "Berarti astronot-astronot itu direstui Allah."

Momen Ajaib
Di Chili, José Zepeda dari redaksi Amerika Latin sudah menjadi jurnalis waktu itu. Ia bercerita tentang pendaratan bersejarah di bulan pada 20 Juli 1969:

"Waktu itu saya berusia 19 tahun dan bekerja di stasiun radio kecil di Chili utara. Pendaratan di bulan benar-benar menakjubkan, momen ajaib. Kami berpikir: tidak mungkin, ini cuma mimpi. Sepertinya, kami perlu waktu dua tiga hari untuk menyadari bahwa ini benar-benar terjadi."

Ann Reef, yang berasal dari Australia dan bekerja di redaksi Inggris, menyaksikan pendaratan di bulan di Balai Kota. Ia dan teman-teman sekelas boleh datang dan menyaksikan siaran tersebut bersama-sama. Saat menonton, ia lebih terkesan dengan fakta bahwa ia sedang menonton televisi ketimbang pendaratan di bulan. Fkta bahwa manusia bisa mendarat di bulan baru disadarinya dari cerita orangtuanya.

Tidak Percaya
Di sebagian besar penjuru dunia berita ini diterima dengan kebingungan, bahkan ketidakpercayaan. Di Sudan, ibu Mohammed Abdulrachman, dari redaksi Arab, yang buta huruf dan sangat religius cuma mengeluarkan makian mengenai berita besar tersebut.

"Itu bullshit, katanya."

Belanda juga sangat terkejut, itu yang diceritakan Sirtjo Koolhof. Ia masih ingat:

"Yah, bulan itu kan di langit, jadi masak bisa sih? Saya ingat, salah satu paman saya di Veluwe, anggota gereja yang sangat fanatik, dan bisa disebut fundamentalis, tidak percaya kisah itu sampai ia meninggal, bertahun-tahun kemudian."

Prestasi
Toh, untuk sebagian besar dari kita, pendaratan di bulan lebih merupakan prestasi. Tidak hanya bagi orang Amerika, tapi bagi manusia di seluruh dunia. "A Giant leap for Mankind - Langkah Besar untuk Manusia" itu semboyan yang dipilih PR NASA mengenai pendaratan ini.

Semua saksi mata Radio Nederland sepakat mengenai satu hal: apa pun pendapat Anda mengenai pendaratan di bulan, peristiwa bersejarah tersebut merupakan sorotan media terbesar abad ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar